Salah satu efek terbesar dari cinta adalah kedamaian. Dan
hakikat kedamaian yaitu kebahagiaan dan kegembiraan hati karena sesuatu yang
tersingkap baginya; berupa kedekatan Allah beserta keindahan dan
kesempurnaan-Nya.
Seorang sufi berkata, “Hakikat kedekatan adalah merasakan
segala sesuatu dengan hati serta damainya nurani bersama Allah swt.” Hal ini
menandakan kesucian hati dari sesuatu selain Allah swt. itu sangatlah penting.
Sebab, jika hati telah suci dari selain-Nya, Dia hadir
bersama hamba karena tidak ada hijab atau penutup antara hamba dan Allah swt.
selain diri dan sifat-sifat-Nya.
Jika hamba telah Fana’ dari diri dan sifat-sifat-Nya, serta
mengetahui bahwa seluruh alam ini berdiri karena kekuasaan Allah, maka ia
mengetahui kedekatan Allah secara penyingkapan (kasyf). Ia mengerti
kehendak-Nya sebagai kekhususan, dan mengetahui kekuasaan-Nya dalam mewujudkan
dan mengabadikan.
Sifat-sifat itu tak pernah terpisah dari sesuatu yang disifati,
tetapi melekat padanya. Bila orang makrifat berbicara, ia tidak berbicara
dengan dirinya sendiri; begitu pula ketika ia mendengar, sebagaimana disebutkan
dalam hadis.
Jadi, keadaan orang-orang yang telah makrifat itu muncul
karena kedekatan dengan Allah swt. para ahli makrifat (’arifin) melihat Tuhan
mereka di dunia dengan mata yakin dan mata hati. Di akhirat, mereka menyaksikan
Tuhan dengan mata kepala. Dia dekat dengan mereka di dunia maupun akhirat.
Kedekatan-Nya di akhirat tidak berbeda dengan kedekatan di
dunia, melainkan melalui naiknya kelembutan dan kasih sayang. Jika tidak
demikian, hilanglah kedekatan jarak di sana-sini, dan sama sekali tak ada
penyandaran antara Dia dan Makhluk, baik di dunia maupun akhirat.
Kemudian, makrifat ini membuahkan kedamaian (uns) dengan
syarat hadirnya kejernihan. Kedamaian pun membuahkan ketenangan (sakinah),
berupa kekuatan yang mengimbangi pemberuntakan hati. Ia meneguhkan dan
menghentikannya sampai batas keseimbangan dalam etika kehadiran.
Nikmat kedekatan dalam kedamaian ini akan menerbangkan hati
para ‘arifin dan melahirkan pemberuntakan. Karena ketika dalam kondisi
kecukupan manusia cenderung melampaui batas.