admin01

Bagaimana Rasulullah saw. Mengabarkan perihal Diterimanya Sedekah Seseorang yang Miskin

Dikisahkan, sejumlah orang miskin menangis dan meminta Rasulullah saw. agar membawa mereka. Rasulullah menjawab:

“Aku tak memiliki sesuatu yang bisa kugunakan untuk membawa kalian.”

Maka mereka pun pergi sambil menangis. Air mata mereka bercucuran karena sedih tidak mendapatkan sesuatu yang bisa mereka infakkan.

Di tengah malam, salah seorang dari mereka bernama Ulayyah bin Yazid bangun untuk menunaikan shalat malam. Kemudian ia berdoa:

Bagaimana Rasulullah saw. Mengabarkan perihal Diterimanya Sedekah Seseorang yang Miskin Read More »

Jawaban Sa’dun si Gila yang Membuatnya Mendapatkan Hadiah dari Khalifah al-Mutawakkil

Saat diundang ke istana, Sa’dun si gila mengomentari gaya hidup Khalifah al-Mutawakkil yang penuh kemewahan. Komentar itu pun membuat sang Khalifah murka dan memerintahkan pengawalnya untuk menjebloskan Sa’dun ke penjara.

Jawaban Sa’dun si Gila yang Membuatnya Mendapatkan Hadiah dari Khalifah al-Mutawakkil Read More »

Amalan-amalan Hati yang Membuat Hamba Disiksa dan Selamat menurut Imam al-Ghazali

Sejatinya setiap anak Adam memiliki hati yang akan mengarahkan seseorang untuk mendapat ganjaran yang baik maupun yang buruk. Lantas, apa saja amalan-amalan hati yang membuat hamba disiksa dan selamat menurut Imam al-Ghazali? Simak penjelasannya di bawah ini.

Amalan-amalan Hati yang Membuat Hamba Disiksa dan Selamat menurut Imam al-Ghazali Read More »

Makna Kedamaian karena Allah swt. bagi Para Ahli Makrifat menurut Imam al-Ghazali

Salah satu efek terbesar dari cinta adalah kedamaian. Dan hakikat kedamaian yaitu kebahagiaan dan kegembiraan hati karena sesuatu yang tersingkap baginya; berupa kedekatan Allah beserta keindahan dan kesempurnaan-Nya.

Seorang sufi berkata, “Hakikat kedekatan adalah merasakan segala sesuatu dengan hati serta damainya nurani bersama Allah swt.” Hal ini menandakan kesucian hati dari sesuatu selain Allah swt. itu sangatlah penting.

Sebab, jika hati telah suci dari selain-Nya, Dia hadir bersama hamba karena tidak ada hijab atau penutup antara hamba dan Allah swt. selain diri dan sifat-sifat-Nya.

Jika hamba telah Fana’ dari diri dan sifat-sifat-Nya, serta mengetahui bahwa seluruh alam ini berdiri karena kekuasaan Allah, maka ia mengetahui kedekatan Allah secara penyingkapan (kasyf). Ia mengerti kehendak-Nya sebagai kekhususan, dan mengetahui kekuasaan-Nya dalam mewujudkan dan mengabadikan.

Sifat-sifat itu tak pernah terpisah dari sesuatu yang disifati, tetapi melekat padanya. Bila orang makrifat berbicara, ia tidak berbicara dengan dirinya sendiri; begitu pula ketika ia mendengar, sebagaimana disebutkan dalam hadis.

Jadi, keadaan orang-orang yang telah makrifat itu muncul karena kedekatan dengan Allah swt. para ahli makrifat (’arifin) melihat Tuhan mereka di dunia dengan mata yakin dan mata hati. Di akhirat, mereka menyaksikan Tuhan dengan mata kepala. Dia dekat dengan mereka di dunia maupun akhirat.

Kedekatan-Nya di akhirat tidak berbeda dengan kedekatan di dunia, melainkan melalui naiknya kelembutan dan kasih sayang. Jika tidak demikian, hilanglah kedekatan jarak di sana-sini, dan sama sekali tak ada penyandaran antara Dia dan Makhluk, baik di dunia maupun akhirat.

Kemudian, makrifat ini membuahkan kedamaian (uns) dengan syarat hadirnya kejernihan. Kedamaian pun membuahkan ketenangan (sakinah), berupa kekuatan yang mengimbangi pemberuntakan hati. Ia meneguhkan dan menghentikannya sampai batas keseimbangan dalam etika kehadiran.

Nikmat kedekatan dalam kedamaian ini akan menerbangkan hati para ‘arifin dan melahirkan pemberuntakan. Karena ketika dalam kondisi kecukupan manusia cenderung melampaui batas.

Makna Kedamaian karena Allah swt. bagi Para Ahli Makrifat menurut Imam al-Ghazali Read More »

Imam al-Ghazali: Tasawuf Berarti Mencampakkan Nafsu dalam Ibadah

Imam al-Ghazali mengatakan dalam kitab Raudhatu ath-Thalibin wa ‘Umdatu as-Salikin bahwa tasawuf berarti mencampakkan nafsu dalam ibadah dan menggantungkan hati dengan hal-hal Ilahiah. Ada yang mengatakan, tasawuf adalah menyembunyikan kemiskinan dan melawan penyakit.

Imam al-Ghazali: Tasawuf Berarti Mencampakkan Nafsu dalam Ibadah Read More »

Makna Suluk menurut Sang Hujjatul Islam Imam al-Ghazali

Dalam kitab Raudhatu ath-Thalibin wa ‘Umdatu as-Salikin, Imam al-Ghazali menulis bahwa Suluk adalah proses penyucian akhlak, amal, dan pengetahuan. Suatu kesibukan untuk membangun lahir dan batin. Dalam kondisi ini, seorang hamba akan dibuat lupa kepada tuhannya, tetapi ia sibuk membersihkan batin agar siap untuk sampai kepada Tuhan.

Makna Suluk menurut Sang Hujjatul Islam Imam al-Ghazali Read More »

Gaya Bicara dan Tertawa Rasulullah SAW

Rasulullah saw. adalah orang yang paling fasih dan paling manis berbicara. Beliau bersabda, “Aku adalah orang Arab yang paling fasih.” Bahkan penduduk surga kelak akan berbicara dengan bahasa nabi.

Nabi saw. berbicara dengan kalimat yang ringkas namun memiliki makna yang luas, tidak berlebihan, dan tidak terlalu singkat. Bicara beliau sangat runut antara satu kalimat dengan kalimat yang lain.

Gaya Bicara dan Tertawa Rasulullah SAW Read More »

Himpunan Akhlak Mulia Rasulullah SAW yang Disusun dari Berbagai Riwayat oleh Imam al-Ghazali

Di dalam kitab Ihktisar Ihya’ Ulumiddin, dalam bab Adab Hidup dan Akhlak Nabi, Imam al-Ghazali menuliskan himpunan akhlak mulia Rasulullah saw. selama beliau hidup di dunia.

Rasulullah saw. adalah orang yang paling lembut hatinya, paling adil dan paling menjaga kesucian. Tangan Nabi tidak pernah menyentuh tangan perempuan yang bukan budaknya, yang tidak terikat hubungan pernikahan dengannya, dan yang bukan mahramnya.

Himpunan Akhlak Mulia Rasulullah SAW yang Disusun dari Berbagai Riwayat oleh Imam al-Ghazali Read More »