Gaya Bicara dan Tertawa Rasulullah SAW

Rasulullah saw. adalah orang yang paling fasih dan paling manis berbicara. Beliau bersabda, “Aku adalah orang Arab yang paling fasih.” Bahkan penduduk surga kelak akan berbicara dengan bahasa nabi.

Nabi saw. berbicara dengan kalimat yang ringkas namun memiliki makna yang luas, tidak berlebihan, dan tidak terlalu singkat. Bicara beliau sangat runut antara satu kalimat dengan kalimat yang lain.

Di sela-sela ucapannya, ada jeda demi menjaga agar orang yang mendengarnya dapat memahami dan mencerapnya. Nabi tidak mengucapkan baik saat ridha maupun marah melainkan kebenaran.

Nabi adalah orang yang paling banyak tersenyum dan paling lapang jiwanya selama tidak sedang menerima wahyu, teringat hari kiamat atau berkhotbah memberikan nasihat.

Suatu hari, seorang Arab Badui menghadap Nabi yang saat itu sedang marah. Dia hendak bertanya pada beliau tetapi para sahabat berkata, “Jangan kau lakukan itu, wahai orang Badui! Karena kami melihat Nabi sedang marah.” Namun dia justru menjawab, “Biarkan aku. Demi Allah yang mengutusnya dengan kebenaran sebagai nabi, aku tidak akan membiarkannya, hingga beliau tersenyum.”

Lalu orang Badui itu berkata, “Wahai Rasulullah, telah sampai kabar pada kami bahwa Dajal kelak akan datang kepada manusia dengan membawa roti pada saat mereka semua binasa kelaparan. Dengan ayah dan ibuku sebagai tebusannya, bagaimana menurutmu, apakah aku harus menahan diri dari rotinya supaya aku tetap bersih dan suci hingga aku mati kekurusan? Ataukah aku mengambil rotinya hingga ketika aku merasa kenyang, aku akan beriman kepada Allah dan ingkar padanya?”

Para sahabat mengatakan bahwa Rasulullah saw. pun tertawa hingga gigi geraham beliau terlihat. Lalu beliau bersabda, “Tidak. Allah akan membuatmu tidak membutuhkan roti itu sebagaimana Dia menjadikan orang-orang mukmin yang lain tidak butuh.”

Ketika menghadapi suatu masalah, Nabi menyerahkannya kepada Allah dan melepaskan diri dari segala daya dan upaya sambil memohon agar diturunkan hidayah. Kemudian beliau berdoa: “Ya Allah, perlihatkanlah padaku sesuatu yang benar itu kebenaran sehingga aku mengikutinya, perlihatkanlah padaku sesuatu yang mungkar itu kemungkaran dan anugerahkanlah aku (kekuatan) untuk menjauhinya. Lindungilah aku dari terkelabui sehingga aku mengikuti hawa nafsuku tanpa mendapat hidayah dari-Mu. Jadikanlah hawa nafsuku larut dalam ketaatan pada-Mu, ambillah ridha-Mu dari diriku dengan anugerah kesejahteraan dan berilah aku hidayah untuk mengetahui kebenaran dari sesuatu yang diperselisihkan dengan izin-Mu. Sesungguhnya Engkau memberi hidayah siapa saja yang Engkau kehendaki menuju jalan yang lurus.”

Sumber Gambar: Pinterest/Write Arabic

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *