Menurut Maulana Ibnu Arabi, Sejatinya nama-nama Allah swt. terdiri atas dua bagian. Yang pertama, nama-nama yang diajarkan oleh Allah swt. kepada kita. Yang kedua, nama-nama yang pengetahuan tentangnya dimonopoli oleh Allah swt. sendiri dalam pengetahuan gaib-Nya. Nama-nama Allah swt. yang hanya diketahui oleh Allah swt. ini disembunyikan entitasnya, namun ditampakkan hukum-hukumnya melalui manifestasi-manifestasi Ilahi (tajalliyat).
Dalam menghadapi manifestasi Ilahi, manusia terbagi menjadi dua golongan. Pertama, orang-orang yang mengetahui bahwa manifestasi tersebut merupakan manifestasi nama-nama Ilahi. Kedua, orang-orang yang tidak mengetahui hal itu. Pada nama-nama Ilahi ini, setiap hamba memiliki tiga keterkaitan, yakni keterikatan kebutuhan (at-ta’alluq), hakikat makna (at-tahaqquq), dan etika praktis (at-takhalluq).
Makna dari at-ta’alluq adalah kebutuhan seorang hamba pada nama-nama Ilahi itu secara absolut, di mana nama-nama itu mengacu pada dzat Ilahi. Sedangkan yang dimaksud dengan at-tahaqquq adalah pengetahuan tentang makna nama-nama itu yang sesuai dengan Allah swt. dan yang sesuai dengan hamba. Adapun arti at-takhalluq adalah penisbatan nama-nama itu pada seorang hamba sesuai dengan kapasitas dirinya, dan penisbatan nama-nama itu pada diri Allah swt., sesuai dengan keagungan Allah swt.
Di dalam buku Kasyf al-Ma’na ‘an Sirri Asma Allah al-Husna, Ibnu Arabi menjabarkan makna setiap Asmaul Husna berdasarkan pada tiga keterkaitan seorang hamba pada manifestasi-manifestasi nama-nama Ilahi di atas. Adapun makna dari Asma Allah Ar-Rahim (Yang Maha Penyayang) menurut Ibnu Arabi yang ditinjau dari segi at-at’alluq, at-tahaqquq, dan at-takhalluq adalah sebagai berikut:
At-Ta’alluq
Makna Ar-Rahim dalam keterkaitan kebutuhan seorang hamba kepada Allah swt. adalah bahwa sejatinya seorang hamba itu sangat membutuhkan Allah Yang Maha Penyayang untuk mendapatkan kasih sayang khusus berupa kebahagiaan abadi.
At-Tahaqquq
Sedangkan secara hakikat maknawinya, makna Ar-Rahim adalah untuk mengada, seorang individu memerlukan cobaan dan kesehatan. Dihapusnya dendam tidak lebih utama ketimbang dihapusnya nikmat, sehingga seorang hamba akan paham pentingnya nikmat, kesehatan, dan cobaan.
Nama Yang Maha Penyayang berhubungan dengan semua kebaikan yang tidak ada bahaya dalamnya dan juga dengan segala bahaya yang ada di dalam kebaikan.
At-Takhalluq
Adapun cara untuk menyesuaikan perangai diri dengan nama Yang Maha Penyayang adalah menyayangi semua hal yang diperintahkan oleh Allah swt. untuk disayangi.
Ketika Rasulullah saw. marah karena Allah, Rasululullah saw. tidak melakukan apa-apa untuk mengungkapkan kemarahannya itu. Dalam sebuah hadis sahih diungkapkan,
“Sesungguhnya Allah marah ketika hari kiamat” (Muttafaq ‘Alaih)
Hamba pun berada pada batasan itu.
Sumber Gambar: Pixels.com/Shah Nawaz