Dikisahkan bahwa pada suatu hari Dzun Nun bertemu dengan Sa’dun si gila di pekuburan. Dalam pertemuan itu, tiba-tiba Sa’dun si gila jatuh pingsan setelah meneriaki Dzun Nun al-Mishri, Sufi Besar Mesir abad ke-3 H.
Dzun Nun al-Mishri keluar menuju kuburan Abdullah ibn Malik. Di sana dia melihat seseorang yang bila melihat makam yang amblas, dia berhenti. Dzun Nun mendekati orang itu. Ternyata dia Sa’dun.
Untuk memastikan Dzun Nun bertanya, “Apakah anda Sa’dun?”
Orang itu menjawab, “Ya. Saya Sa’dun.”
Dzun Nun bertanya, “Apa yang anda lakukan di sini?”
Sa’dun menjawab, “Orang yang menanyakan apa yang saya lakukan adalah orang yang mengingkari apa yang saya lakukan. Jika orang tersebut mengetahui apa yang saya lakukan, apa gunanya dia bertanya?”
Dzun Nun berkata, “Sa’dun! Mari kita menangisi badan ini sebelum ia hancur.”
Kemudian Sa’dun menangis dan berkata, “Menangisi saat kedatangan di hadapan Allah lebih utama daripada menangisi badan. Jika ada kebaikan pada badan, maka kebaikannya di hadapan Tuhannya lebih banyak daripada kehancurannya. Jika ada keburukan pada badan, maka keburukannya di hadapan Tuhannya lebih buruk daripada kehancurannya di kuburan. Andai saja tubuh ini ditinggalkan dalam kondisi hancur di kuburan tanpa dibangkitkan dan diperhitungkan!
Wahai Dzun Nun, jika engkau masuk neraka, maka tidak ada gunanya bagimu bila ada orang lain yang masuk surga. Jika engkau masuk surga tidak berbahaya pula bagimu bila orang lain masuk neraka.
Dzun Nun! Allah swt. berfirman,
“Dan apabila catatan-catatan (amal perbuatan manusia) dibuka,” (QS. at-Takwir {81}: 10)
kemudian Sa’dun berteriak. “Ya Allah! Apa yang akan aku temui di catatan amal perbuatanku kelak?”
seketika itu pula Sa’dun si gila pingsan. Saat dia sadar kembali, Sa’dun si gila mengusap wajah Dzun Nun al-Mishri dengan ujung bajunya sambil berkata,
“Dzun Nun, adakah orang yang lebih mulia darimu jika kau mati di tempat ini?”
Sumber Gambar: Pinterest/Sufi Quotes