Menurut Syekh Nawawi al-Bantani, riya adalah salah satu penyakit hati dan merupakan bentuk dari syirik kecil atau tersembunyi. Riya adalah mencari simpati orang lain dengan menonjolkan sifat-sifat baik guna memperoleh kedudukan dan wibawa di mata manusia.
“Andaikata manusia bersikap adil,” kata Syekh Nawawi al-Bantani, “Niscaya mereka mengetahui bahwa sebagian besar ilmu dan ibadah yang mereka kerjakan adalah disebabkan oleh riya, padahal riya itu menghapuskan pahala.”
Lebih jauh lagi, Syekh Nawawi al-Bantani menerangkan bahwa riya itu terbagi menjadi lima macam, yaitu:
1. Riya dalam masalah agama dengan menampakkan anggota badan.
Contoh dari jenis riya yang pertama ini adalah menampakkan tubuh yang kurus dan pucat serta membiarkan rambut acak-acakan. Dengan tubuh yang kurus ia ingin menunjukkan sedikit makan, dan dengan wajah yang pucat ia ingin menunjukkan kurang tidur pada waktu malam dan sangat perihatin dengan urusan agama.
2. Riya dengan penampilan dan pakaian.
Riya dalam hal ini adalah menundukkan kepala ketika berjalan, bersikap tenang dalam bergerak, menampakkan bekas sujud pada jidatnya, mengenakan pakaian yang kasar dan tidak membersihkannya, serta membiarkan baju robek dan memakai pakaian yang bertambal.
3. Riya dengan perkataan.
Apa yang dimaksud dalam hal ini adalah mengucapkan kata-kata bijak dan memggerakkan bibir saat berzikir di hadapan orang banyak, menyuruh berbuat baik dan mencegah perbuatan mungkar di hadapan khalayak.
Termasuk dalam kategori ini adalah menampakkan amarah atas perbuatan maksiat, menampakkan penyesalan karena orang lain berbuat dosa, melemahkan suara ketika berbicara, dan melunakkan suara ketika membaca al-quran untuk menunjukkan rasa takut dan sedih.
4. Riya dengan Perbuatan
Perbuatan yang termasuk dalam kategori riya adalah menampakkan kekhusyukan ketika shalat, berlama-lama saat berdiri, sujud, dan rukuk; tidak menoleh ke kiri dan ke kanan, serta meluruskan kedua telapak kaki dan tangan.
Begitu juga riya ketika berpuasa, haji, dan pada saat mengeluarkan zakat, infak, maupun sedekah.
5. Bersikap Riya kepada Teman, Para Tamu, dan Manusia Pada Umumnya.
Sikap-sikap yang termasuk dalam kategori yang terakhir ini adalah, seperti: orang yang banyak didatangi tamu dari kalangan ulama, ahli ibadah, para penguasa, maupun pejabat supaya dikatakan bahwa mereka mengambil berkah darinya karena kemuliaan derajat agamanya. Atau seperti orang yang sering menyebut nama para ulama atau guru agar dikatakan banyak memiliki guru dan banyak belajar dari mereka.
Allahu A’lam.
Sumber Gambar: Pinterest/Marianne S
Sangat membantu sekali ????????
Saya jadi tau mengenai perbuatan riya’
Mudah – mudahan kita semua menjadi orang yang baik, Aamiin…
Terima kasih
Sangat membantu sekali ????????
Saya jadi tau mengenai perbuatan riya’
Mudah – mudahan kita semua menjadi orang yang baik, Aamiin…
Terima kasih atas infonyaaa ????????????