Dunia sedang was-was. Penyebabnya adalah virus Corona. Ini bukan kali pertama sejarah manusia diintai Tha’un epidemi. Salah satu yang masih lekat dalam ingatan adalah menyebarnya wabah Tha’un.
Dalam catatan sejarah, ketika wabah Tha’un melanda, ada ratusan ribu orang yang meninggal. Namun, yang paling terkenal terjadi pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab. Saat itu, wabah Tha’un di Amwas, Syam, menyebabkan dua puluh lima ribu orang meninggal.
Apa itu Tha’un?
Dalam kitab Zaadul Ma’aad, Ibnu Qayyim al-Jauziyah mengemukakan bahwa Tha’un merupakan sejenis wabah penyakit yang ditandai dengan pembengkakan kronis dan ganas pada kulit. Penyakit Tha’un ini biasanya muncul di bagian ketiak, belakang telinga, puncak hidung, dan di sekitar daging lunak.
Biasanya kulit yang ada di sekitar bagian tubuh yang terserang Tha’un ini bisa berubah menjadi hitam, hijau, atau berwarna buram dan bernanah sehingga Ibnu Qayyim al-Jauziyah mengatakan bahwa Tha’un adalah penyakit yang ganas.
Meninggalnya Para Sahabat Nabi
Ketika wabah Tha’un menyerang Syam, ada banyak sahabat nabi ‘alaihi salam yang meninggal. Di antara sahabat nabi yang meninggal adalah: Muadz bin Jabal, Abu Ubaidah, dan Yazid bin Abu Sufyan.
Untuk mengurangi jumlah korban, khalifah Umar bin Khattab mengeluarkan larangan untuk tidak memasuki negeri Syam yang tengah terjangkit wabah Tha’un.
Baca Buku : Kitab Wabah dan Tha’un Dalam Islam
Nasihat Rasulullah saw.
Terkait wabah Tha’un ini, Rasululllah saw. melarang keluar atau memasuki negeri yang terserang wabah Tha’un, karena di dalamnya terdapat bahaya sehingga memungkinkan untuk membatasi daerah yang terkena wabah dan mencegah tersebarnya epidemi melalui karantina.
Imam at-Tirmidzi meriwayatkan hadits shahih Usamah bin Zaid, “Rasulullah saw. menyebutkan Tha’un, seraya berkata, ‘Ketika kalian berada di daerah yang terkena wabah (Tha’un), janganlah keluar dari daerah tersebut. Dan jika kalian berada di suatu daerah yang tidak terkena wabah (Tha’un), jangan memasuki daerah yang terkena wabah (Tha’un)’”
Dan Allah Mahatahu.