Ibnu Atha’illah al-Iskandari: Beragamnya Bentuk Ketaatan agar Tidak Membosankan

Ibnu Atha’illah al-Iskandari menulis dalam salah satu bait al-Hikam: “Karena Allah mengetahui bahwa engkau mudah jemu, Dia membuat bermacam-macam cara taat untukmu. Karena Allah mengetahui bahwa engkau rakus, Dia membatasi ketaatan itu hanya pada waktu-waktu tertentu. Agar perhatianmu tertuju pada kesempurnaan shalat, bukan pada adanya shalat. Karena tidak semua orang yang shalat dapat menyempurnakan shalatnya.”

ALLAH MENGETAHUI bahwa kau mudah bosan dan jemu. Beratnya amal akan mengakibatkanmu meninggalkan amal itu. Oleh karena itu, Dia membuat untukmu bermacam cara dan bentuk ketaatan. Itu adalah rahmat dan kemudahan-Nya untukmu.

Jika kau bosan dengan satu cara ketaatan, kau bisa menggunakan cara lainnya. Sekiranya ketaatan itu hanya satu macam, tentu jiwamu akan jemu dan akan meninggalkannya lantaran merasa berat melakukannya. Lain halnya dengan ketaatan yang Bergama, tentu dapat membuatmu ringan dan mudah sehingga lau bisa berpindah dari satu ketaatan ke ketaatan lainnya.

Tabiat jiwa biasanya tidak sanggup berada dalam satu kondisi secara terus-menerus. Ia akan mencari bermacam kondisi lainnya. Tidakkah kau lihat bahwa manusia, jika terus-menerus memakan satu jenis makanan, ia akan merasa bosan? Sebagaimana yang pernah terjadi pada Bani Israil ketika hidup terasing di tengah hamparan gurun. Makanan yang bisa mereka temukan saat itu hanyalah manna dan salwa.

Allah juga mengetahui bahwa kau begitu tamak, rakus, dan melampaui batas. Kau selalu ingin cepat beramal sehingga membuatmu tidak melaksanakannya secara sempurna. Maka dari itu, Dia pun melarangmu untuk melakukannya pada beberapa waktu tertentu. Hal itu juga dimaksudkan demi meringankanmu.

Kewajiban terlarang dilakukan di luar waktu-waktunya yang telah ditentukan. Sementara itu, ibadah atau amal sunah terlarang dilakukan pada waktu-waktu yang dibenci (makruh). Allah membuat setiap ketaatan memiliki waktu khusus dan tidak membuatnya setiap waktu agar kau tidak tamak dan berlebihan yang akan berakibat pada ditinggalkannya amal itu.

Kesimpulannya, ketaatan dibuat beragam karena adanya rasa bosan. Ketaatan dilarang di waktu-waktu tertentu karena adanya ketamakan pada dirimu. Keragaman dan ketentuan waktu ketaatan ini merupakan dua nikmat yang diberikan Allah kepada hamba-Nya. Di sisi lain, rasa bosan dan sifat rakus adalah dua bencana besar yang dapat memutus amal.

Rutinitas ibadah yang sama dapat mendatangkan rasa bosan sehingga jiwa akan jemu dan merasa berat melakukannya. Namun, jika jiwa diberikan bentuk-bentuk amal yang beragam, ia akan merasa ringan dan menikmatinya.

Jika ibadah diperbolehkan di setiap waktu, tentu akan melahirkan rasa rakus karena ibadah itu dilakukan dengan penuh ketamakan. Saat tamak itulah, pelaksanaan ibadah akan kurang sempurna, seperti orang yang tamak membaca al-Quran, namun tidak menghayati maknanya dan kalbunya tidak hadir bersama Tuhannya ketika membacanya. Oleh sebab itu, Allah menentukan waktu-waktu khusus untuk ibadah ketaatan. Itulah hikmah mengapa Allah melarang beribadah pada waktu-waktu tertentu.

Allah membatasi shalat dengan waktu tertentu agar tekadmu adalah bagaimana mendirikan shalat dengan baik, bukan bagaimana shalat itu terlaksana begitu saja.

Allah mewarnai dan membuat variasi ketaatan untukmu agar kau tidak bosan. Dia melarangmu beribadah pada waktu-waktu tertentu agar kau tidak rakus. Itu semua dimaksudkan agar tekadmu adalah mendirikan shalat dengan baik, bukan sekadar ada dan terlaksana.

Mendirikan shalat dengan benar adalah dengan menjaga batasan-batasannya seraya menjaga hati agar tetap khusyuk dan hadir bersama Allah sehingga tidak gelisah dan gusar dalam shalat.

Dalam hikmah di atas, shalat disebut secara khusus, tak lain karena merupakan ibadah di dalamnya seorang hamba sering melakukan kesalahan.

Sumber Gambar: prayerinislam.com

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *