Nama dan Kepribadian
Nama lengkapnya adalah Ghiyāts ad-Din Abulfatah ‘Umar bin Ibrahim Khayyāmi an-Naisābūri, dikenal dengan nama Umar Khayyam. Secara bahasa, “khayyam” berarti “pembuat tenda”. Dinamakan dengan sebutan itu, karena ayahnya, Ibrahim, berprofesi sebagai pembuat tenda. Umar Khayyam sejatinya merupakan seorang penyair besar dan ilmuwan muslim yang menguasai matematika, filsafat, dan astronomi. Karena kelebihannya, ia dijuluki sebagai matematikawan, astronom, dan penyair utama dari tradisi keilmuan Islam.
Umar Khayyam juga mewariskan metode ilmiah dan sastra yang berpengaruh di dunia, sehingga diberi julukan “Hujjatul Haq” (pembela kebenaran), dan dia membagi para pencari kebenaran menjadi empat golongan.
Pertama, golongan yang puas dengan argumen logis. Kedua, filsuf yang mendasarkan diri pada penalaran murni, namun gagal memelihara kepentingan logika. Ketiga, golongan yang berpandangan bahwa pengetahuan dan sifat tuhan terlalu pelik dan sulit untuk dipahami, sehingga menganjurkan untuk mendengar fatwa dari orang yang lurus. Keempat, kaum sufi, yakni golongan yang mengunggulkan pemurnian hati dan perbaikan moral yang dinilai sebagai jalan yang terbaik untuk mencapai Tuhan.
Abu al-Qasim Mahmud Umar az-Zamakhsyari menyebutnya sebagai “the philosopher of the world” (filsuf dunia).
[irp]
Kelahiran dan Pengembaraan Ilmu
Umar khayyam lahir pada tahun 439 H/1048 M di Naisabur, Khurasan, Iran. Khayyam kecil tinggal di kota Naisabur yang merupakan pusat keilmuan di Persia kala itu. Sejak kecil, Umar Khayyam sudah memperoleh pendidikan yang baik dari orang tuanya.
Salah seorang gurunya adalah imam Muwaffak Naisaburi, seorang pendidik yang terkenal dan tersohor pada masa itu. Di kota kelahirannya ini, ia mendalami berbagai macam ilmu agama, filsafat, matematika, dan astronomi hingga akhirnya dia mengembara ke kota Bukhara pada tahun 460 H/1068 M.
Di kota (Bukhara) ini ia habiskan waktunya dengan mengunjungi perpustakaan al-Falak al-Marmuqah. Kemudian pada tahun 462 H/1070 M, dia berpindah ke kota Samarkand, Uzbekistan. Di sana, Umar Khayyam mendapat bantuan dari Abu Thahir, ketua para hakim sekaligus ahli hukum terkemuka di Samarkand, sehingga hal ini memungkinkannya untuk menulis karyanya yang paling terkenal, yaitu risalah tentang demonstrasi perihal al-Jabar.
Pada tahun 1073 M, Malik Syah, penguasa Isfahan, mengundang Khayyam untuk membangun dan mengelola sebuah observatorium di Isfahan bersama-sama dengan astronom terkemuka lainnya, seperti Abu al-Muzaffar Isfazari, Maimun ibn Najib al-Wasithi, dan Abdu ar-Rahman Khazeni di bawah arahan Umar Khayyam.
Misinya ialah mereformasi kalender matahari tua Persia, yang telah digantikan oleh kalender hijriah. Menurut perhitungan Umar Khayyam, masa satu tahun adalah 365,24219858156 hari. Dan di sinilah mula-mula Khayyam menggali dan mempelajari karya Euklides dan Apollonius.
Setelah meninggalnya Malik Syah dan menterinya, Umar Khayyam sempat meneruskan pekerjaannya sebelum akhirnya diberhentikan oleh pengganti sultan Malik Syah (ada yang mengatakan bahwa penggantinya tersebut adalah sultan Ahmad Sanjar). Hal ini mendorong dirinya meninggalkan kota kelahirannya, Naisabur, dan mengembara ke berbagai negeri untuk meningkatkan diri sebagai ilmuwan.
Dalam pengembaraannya itu, dia sempat menunaikan ibadah haji ke kota Mekkah. Seusai masa pengembaraannya, Umar Khayyam kembali ke Naisabur dan menghabiskan masa tua di kampung halamannya itu.
Sebagai pujangga, nama Umar Khayyam dikenal dengan syair ruba’iyyat-nya yang kemudian banyak diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Yang paling kesohor ialah rubaiyat yang dialihbahasakan ke dalam bahasa inggris oleh Edward Fitz Gerrald (penulis Inggris tahun 1859) dengan judul “The Rubaiyat of Omar Khayyam”. Friedrich Von Bodenstedt (1819) menerjemahkannya ke dalam bahasa Jerman.
Guru-guru
Umar Khayyam tercatat memiliki banyak guru yang pakar dalam berbagai bidang keilmuan. Di antara guru-gurunya ialah:
• Syekh Muhammad Manshuri, padanya Umar Khayyam belajar al-Quran, tata bahasa, sastra, ilmu agama, dan lainnya.
• Abu al-Hasan Bahmaniar bin Marzaban, murid terdekatnya Ibnu Sina.
• Khawjah al-Anbari, yang mengajarinya ilmu falak (astronomi).
• Muwaffaq Naisaburi, seorang guru yang hanya mengajar anak-anak unggulan, dan dia merupakan filsuf istana yang mengajari anak-anak bangsawan.
Murid
Dengan keluasan ilmunya, Umar Khayyam memiliki banyak murid yang terkenal pada zamannya. Tidak diketahui pasti berapa jumlah seluruh muridnya. Namun, beberapa muridnya yang menonjol antara lain:
• Ahmad al-Ma’muri al-Bayhaqi
• Muhammad Ilaqi
• Imam Muhammad Baghdad
• Nizami Arudi as-Samarqandi
• Abu al-Ma’ali Abdullah ibn Muhammad al-Miyanji, juga dikenal Ain al-Qudhat Hamadani.
• Muhammad Hijazi Qa’ni.
[irp]
Karya-karya
Selain karya syairnya yang dikenal dunia bertajuk “rubaiyat Omar Khayyam”, dia juga memiliki banyak karya tulis yang mempunyai andil dalam menyumbang kemajuan ilmu modern saat ini. Di antaranya ialah:
• رِسالَة فِي الْمُوْسيْقي
• تَعْبِيْر الْمَنَام
• مَقالة فِي الْجَبْرِ وَالْمُقابَلة
• رِسالَة الْخَيّام الجَبَرِيَّة
• رِسالة في الْكَوْن وَالتَّكْلِيْف
• مِيْزانُ الْحُكْم
• شَرْحُ مَا أشْكَلَ مِنْ مُصَدَّرات كِتاب أقليدس
• الْإحْتِيال لِمَعْرِفَةِ مِقْدَارَيْ الذَّهَب وَالْفِضَّة في جِسْم مُرَكَّب مِنْهُما
Wafat
Pada umur yang ke 83, Umar Khayyam Rahimahullah mengembuskan nafas terakhirnya pada tahun 526 H/1131 M di Naisabur, Iran. Dia dimakamkan di sebuah tempat yang telah diprediksi sebagai pusaranya di dalam syairnya, yakni di sebuah taman di mana angin utara menebarkan bunga-bunga mawar di atasnya. Dan sekarang, tempat itu dikenal dengan sebutan pemakaman Umar Khayyam.
Salam Literasi Indonesia.
[irp]