Menjalani kehidupan di dunia tidaklah selalu sesuai harapan. Masalah terus datang silih berganti terkadang memunculkan tekanan batin dalam diri manusia. Orang-orang yang tidak kuat menghadapi tekanan ini akhirnya mengalami stres hingga depresi, dan berpengaruh terhadap kesehatan psikologisnya. Lantas, adakah cara agar kita terhindar dari stres ketika menghadapi tekanan hidup?
Sebagai orang yang beriman, segala keluh kesah selayaknya kita sampaikan kepada Allah swt. Dengan melakukannya, kita bisa melepaskan kepenatan dari dalam jiwa. Selain itu, Islam menawarkan solusi lain agar kita terhindar dari stres yang berlebih dan lebih sadar untuk menjaga kesehatan mental kita. Solusi ini hadir dalam buku-buku berikut:
1. Kitab Kesehatan Mental
Tidak hanya orang dewasa, banyak sekali remaja hari ini yang mengidap beragam gangguan mental. Sebab stigma yang selalu membayangi pengidap sebagai orang yang tak normal atau karena tidak mendapat penanganan yang tepat, banyak penyintas gangguan mental yang lebih memilih untuk mengakhiri hidupnya. Lantas, apakah Islam mempunyai solusi terhadap isu darurat ini?
Ada seorang pelopor kajian kesehatan mental dalam Islam yang lebih dari 1000 tahun lalu menulis isu gangguan mental serta terapi penyembuhannya dan masih relevan lintas zaman. Buku yang ada di tangan Anda sekarang ini adalah terjemahannya, langsung dari bahasa Arab. Kitab berjudul Mashâlih al-Abdân wa al-Anfus (Kesehatan Fisik dan Mental) ini ditulis oleh murid al-Kindi bernama al-Balkhi (850—934 M).
Al-Balkhi juga adalah salah seorang pionir ilmuwan muslim yang menyatakan dengan tegas bahwa penyakit mental dapat mempengaruhi kondisi fisik seseorang, dan sebaliknya. Hal inilah yang dalam psikologi modern terkenal dengan istilah psikosomatik. Semoga hadirnya buku ini dapat menjadi solusi dan mendorong kita untuk menaruh perhatian lebih besar terhadap isu kesehatan mental.
2. Tak Perlu Ragu, Tuhan Selalu Bersamamu
Riuhnya laju perkembangan zaman seolah tidak terhindarkan, bahkan kita dipaksa mampu menunaikan segala urusan dalam keramaian. Termasuk mengingat Tuhan. Tidak heran jika banyak dari kita yang seiring waktu merasa semakin jauh dari-Nya.
Buku ini hadir sebagai pedoman agar kita bisa selalu membersamai Tuhan dalam segala kondisi, buku ini memuat uraian detail tentang laku Islami penguat iman yang dapat kita amalkan sehari-hari.
Sebuah buku yang ditujukan sebagai self-help ruhani untuk memperbaiki aspek spiritual hidup kita dalam mengarungi dunia ini.
Diterjemahkan dari kitab Risalah al-Mu’awanah karya Habib Abdullah al-Haddad, salah satu wali Allah dan sufi pada abad ke-13 Hijriah yang sangat produktif menulis dan termasuk pemegang wali qutub selama 60 tahun, beliau memberikan pesan dalam setiap tulisannya agar manusia lebih memerhatikan hati (riyadhah ruhaniyah).
3. Psikologi Islam
Hidup di dunia yang semakin bergerak cepat dan menuntut banyak hal seperti sekarang, kita menghadapi banyak sekali gangguan mental yang bermunculan sebagai respons atas kondisi yang terjadi. Misalnya ada gangguan kecemasan (anxiety), psikosomatis, dan banyak istilah lainnya yang menggambarkan tentang beragamnya kondisi jiwa atau mental manusia modern yang tidak baik-baik saja.
Meski demikian, ini bukan hal baru. Sebab pada masa Ibnu Sina (980–1037 M) kita bisa mendapati ada orang yang mengidap skizofrenia. Luar biasanya, Ibnu Sina telah menemukan metode penyembuhannya. Jika bukunya yang paling populer, al-Qânûn fî at-Thibb (Kanon Ilmu Kedokteran) dijadikan rujukan kedokteran dunia, maka kitab Ahwâl an-Nafs(Ragam Perilaku Jiwa) dan Tsalâts Rasâ`il fî an-Nafs (Tiga Risalah Tentang Jiwa) yang terjemahannya sedang Anda pegang ini, banyak dijadikan rujukan utama ilmu psikologi.
Dalam dua bukunya ini, Ibnu Sina menguraikan berbagai rumusan mendasar atas ragam masalah kesehatan mental. Ulama serba bisa ini mengeksplorasi secara mendalam kondisi mental manusia, tidak hanya memotret gejala-gejalanya saja. Membaca buku yang tertulis hampir 1000 tahun lalu ini kita seakan terarah untuk mengenal diri sendiri dan orang lain di sekitar kita. Meski klasik, buku ini masih relevan kita baca kembali dan jadikan rujukan dalam menjawab bermacam problem kesehatan mental masa kini. Inilah buku referensi utama para pakar psikologi dunia.
4. Jika Tuhan Mengatur Rezeki Manusia, Kenapa Kita Harus Bekerja?
Kita pasti sering mendengar ungkapan “rezeki sudah ada yang mengatur”. Tapi, sudahkah kita memahami apa maksudnya? Jika rezeki sudah terjamin oleh-Nya, buat apa kita harus tetap bekerja mencari rezeki? Pertanyaan-pertanyaan inilah yang Imam al-Muhasibi (781-857 M) jawab dalam buku ini.
Terjemahan dari kitab al-Makasib : Jika Tuhan Mengatur Rezeki Manusia, Mengapa Kita Harus Bekerja? ini memberi kita rambu-rambu agar bisa memahami ketentuan rezeki yang sudah Allah tetapkan bagi para hamba-Nya. Meski masa hidupnya hanya berbeda satu setengah abad dengan Rasulullah saw., buku-buku yang dari Imam al-Muhasibi terasa sangat modern. Tema-tema yang diusung masih relevan untuk menjawab berbagai persoalan hidup masa kini.
Tidak perlu khawatir akan merasa berat membaca rumusan tasawuf al-Muhasibi, sebab bahasan tasawuf yang diusung oleh mahaguru para sufi ini bersatu dengan pendekatan psikologis. Sehingga melahirkan sebuah pemaparan self-improvement Islam yang dahsyat dan mudah kita mengerti. Dengan membaca buku ini, berbagai kecemasan dan keraguan kita akan masa depan dan rezeki akan banyak teratasi.
Penutup
Empat buku di atas bisa jadi solusi agar kita tetap bisa menjaga kesehatan mental kita dari tekanan yang ada dalam hidup. Selain membaca juga sebagai aktivitas terapi, sentuhan Islam yang ada dalam buku-buku ini juga semakin mendekatkan diri kita dengan Sang Maha Pencipta. Selamat membaca.