KITAB MINHAJUL ABIDIN – Bagaimana menemukan kehidupan yang damai dengan jiwa yang tenang, baik di dunia ini maupun di akhirat kelak? Tidakkah itu kondisi yang kita idam-idamkan?
Kitab di tangan Anda ini mencoba menawarkan jawaban yang esensial untuk pertanyaan di atas. Berjudul lengkap Minhajul Abidin Ilal Jannah Rabbil Alamin, secara harfiah kitab ini berarti Jalan atau Pedoman Terang Ahli Ibadah Menuju Surga Tuhan Pencipta Alam. Kitab tasawuf masterpiece karya Imam Al-Ghazali ditulis pada fase 1110-1111 M, dan merupakan kitab terakhir Sang Hujjatul Islam, tepatnya dua tahun sebelum ia wafat.
Sang genius dari Thus, Khurasan ini menghendaki sebuah kitab yang bisa diterima dan dibaca oleh semua orang, alih-alih orang atau golongan tertentu saja seperti kitab-kitab sebelumya, seperti Ihya Ulumiddin yang terdapat kritikan keras para ulama tentangnya karena terdapat hadis lemah dan asing di dalamnya. Dalam kitab ini, Al-Ghazali memakai istilah ‘aqobah yang berarti jalan mendaki yang sukar ditempuh. Menurutnya, ada 7 ‘aqobah yang dapat menghambat kualitas ibadah dan komunikasi personal seorang hamba dengan Tuhannya. Apa itu? Silahkan baca sendiri!
Siapa penulis buku ini?
Imam al-Ghazali adalah sang alim yang mendapat julukan “Sang Hujjatul Islam”, imam semua ahli fikih, dan mujtahid di zamannya. Bernama al-Imam Abu Hamid al-Ghazali Muhammad bin Muhammad bin Muhammad ath-Thusi. Lahir di Thus, Khurasan Tahun 450 H.
Semasa menuntut ilmu, Imam al-Ghazali sangat giat belajar hingga berhasil menguasai kitab al-Muhadzdzab asy-Syafi’i, masalah-masalah khilafiah, seni berdebat, dua ilmu ushul (ushuludin dan ushul fikih), logika, ilmu kalam dan filsafat.
Pada usia 34 tahun ia mendatangi kota Baghdad. Ketika al-Ghazali mengajar di Madrasah Nizhamiyah, keulamaan al-Ghazali mencapai puncaknya. Majelisnya dihadiri oleh sekitar empat ratus ulama besar, pengikutnya banyak, mengungguli jumlah pengikut para pembesar dan penguasa pemerintahan.
Imam al-Ghazali kemudian kembali ke kampung halaman dan membangun madrasah untuk para pencari ilmu yang menitikberatkan pada pengajaran tasawuf di dekat rumahnya. Ia membagi waktu untuk beberapa kegiatan: menghafal al-Quran, belajar bersama para pendidik hati, mengajar para murid, serta melanggengkan shalat dan puasa.
Akhir perjalanannya adalah ketika ia memusatkan perhatiannya untuk mempelajari hadis-hadis Nabi saw. Ia pun belajar kepada para ahli hadis dan mendalami Shahih Bukhari dan Shahih Muslim. Imam al-Ghazali wafat di Thus pada hari Senin tanggal 14 Jumadil AKhir tahun 505 H. Semoga Allah memberinya limpahan rahmat, anugerah, dan kedermawanan-Nya.
Reviews
There are no reviews yet.