Di tengah situasi yang tidak menentu seperti sekarang ini, sering kali perencanaan yang telah kita tentukan tidak dapat direalisasikan, meski segala bentuk ikhtiar telah diupayakan. Hal itu tentu membuat lelah, bahkan tidak jarang berujung kecewa. Kecemasan juga kerap melanda, terutama ketika menghadapi berbagai macam persoalan kehidupan dunia. Hidup seakan mendadak suram dan berjalan tanpa ada harapan.
Melalui buku dahsyat ini, Ibnu Ata’illah as-Sakandari (1260-1309 M), seorang sufi besar pengarang kitab al-Hikam menjelaskan secara pas dan proporsional antara porsi ikhtiar dan tawakal. Sebuah kunci untuk mengistirahatkan jiwa dari kesibukan dunia. Agar kita bisa menjalani hidup tanpa rasa cemas dan kecewa. Juga agar kita tidak perlu ikut mengatur perencanaan yang telah Allah swt. tentukan untuk hamba-Nya.
Dipaparkan dengan penjelasan yang rinci, Ibnu Atha’illah memperkaya uraiannya dengan ayat-ayat al-Quran dan hadis Nabi. Sesekali diselingi dengan bait syair dan ungkapan hikmah yang menggugah hati. Di tangannya pula, tasawuf yang terkesan sulit dipahami dan melangit, menjadi sangat membumi: aplikatif, solutif, dan relevan untuk menjawab berbagai problematika hidup manusia modern saat ini.
Siapa penulis buku ini?
Syekh Ibnu Atha’illah as-Sakandari adalah tokoh tarekat Syadziliyah yang merupakan salah satu tarekat sufi terkemuka di dunia, termasuk Indonesia. Pendiri tarekat ini adalah Imam Abu al-Hasan asy-Syadzili, penulis kitab Risalah al-Amin. Syekh Ibnu Atha’illah juga menulis kitab al-Hikam, sebuah kitab tasawuf paling populer sepanjang masa. Beliau lahir di Iskandariah, Mesir pada tahun 648 H/ 1260 M dan meninggal di Kairo pada 1309 M.
Apa kata mereka tentang buku ini?
Buku ini hendak berpesan ke kita: jangan khawatirkan tentang apa yang akan terjadi besok, lusa, pekan depan, tahun depan; jangan gelisah tentang hasil apa yang akan dicapai, semuanya itu telah ditentukan Allah swt. Kita hanya wajib berusaha, hasil akhirnya sudah ditentukan Allah swt. Dengan demikian, jangan takut!
Pertanyaan tentang bagaimana dan siapa jodoh kita? Apakah kita akan punya keturunan? Apakah kita bisa makan? Apakah kita bisa menyekolahkan anak-anak kita? Apakah kita akan lulus ujian? Apakah kita akan mempunyai pekerjaan? Apakah usaha kita akan berhasil? Dan segala kekhawatiran lainnya yang berkecamuk di dalam pikiran, akhirnya hanya akan membebani jiwa kita. Buat apa gelisah? Buat apa khawatir? Semua sudah ditentukan oleh Allah swt. Jangan kita mengatur Allah. Dia yang menentukan segalanya.
– Dr. Ayang Utriza Yakin, Peneliti di Belgia dan pengasuh Majelis Zikir, Wirid, & Doa (Ma-ZiWiD)
Buku “Istirahatkan Dirimu dari Kesibukkan Duniawi” karya Ibnu Atha’illah as-Sakandari merupakan salah satu buku yang komperhensif membahas tasawuf. (Sebagai buku tasawuf), buku ini punya keunikannya sendiri.
– Muhammad Abdurrahman Bishar, Grand Syekh al-Azhar 1979-1982
Tema buku ini sangat langka dan berharga, isinya pun berbobot. Sesuai judul aslinya, buku ini mencerahkan para pembacanya (at-Tanwir). Di dalam buku ini, Syekh Ibnu Atha’illah as-Sakandari mengajarkan kita cara untuk tidak ikut campur terhadap urusan Allah, cara menyerahkan segala urusan rezeki kepada-Nya, cara bersandar kepada-Nya, cara berserah diri dari segala kelemahan kepada Allah, cara mengistirahatkan jiwa dari ikut campur terhadap urusan Allah, cara untuk ridha kepada pembagian Allah, dan juga bagaimana cara mencapai maksud Allah terhadap kita untuk tetap berada dalam ridha-Nya.
– Goodreads.com
Ini adalah buku Tasawuf yang ditulis oleh syekh Ibnu Atha’illah as-Sakandari. Buku ini membahas tema seputar tawakal dan rela terhadap setiap pembagian yang diberikan oleh Allah. Seorang hamba tidak akan mencapai ridha Allah, kecuali dengan kerelaan atas segala ketentuan-Nya. Kemurnian ibadah akan tercapai dengan penyerahan diri terhadap segala keputusan-Nya. Buku ini hadir untuk mengistirahatkan dan menenangkan jiwa kita.
– Darul Kutub al-Ilmiyah
Salah satu alasan utama mengapa buku ini begitu istimewa adalah karena buku ini membahas doktrin utama tarekat Syadziliah, yaitu tidak ikut campur atas apa yang telah Allah tetapkan untuk hamba-Nya (isqath at-tadbir). Subyek utama yang dibahas dalam setengah buku ini meliputi tema tentang rezeki, ketetapan Allah, dan berbagai persoalan kebutuhan sehari-hari manusia.
Ibnu Atha’illah menjelaskan pendekatan yang tepat bagaimana cara seorang hamba memperoleh rezeki untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, bagaimana kiat yang tepat untuk menyimpan dan membelanjakan rezeki kita, dan yang paling penting, bagaimana dan mengapa seseorang tidak boleh membuang energi hanya untuk mencemaskan jatah rezekinya.
Dalam hal ini, tarekat Syadziliyah tidak seperti beberapa tarekat tasawuf lainnya, tidak menyerukan untuk hidup melarat atau meminta-minta, melainkan mengajarkan para penganutnya untuk menjalani kehidupan penuh perenungan di tengah kesibukan duniawi yang sedang dijalani. Dengan kata lain, “Being in the world but not of the world” atau “Berada di dunia tapi tidak menjadikan diri bagian darinya”. Selain itu, buku ini juga tidak hanya berisi teori, namun mengajarkan kita bagaimana cara mengamalkannya.
– Amazon.com
Reviews
There are no reviews yet.